*chairina rosyidah for jurnalistik online
SIDOARJO - Bencana alam sepertinya masih enggan pergi dari bangsa Indonesia. Baru-baru ini, gempa berkekuatan 5,3 SR terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Selain gempa, bencana semacam tanah longsor, banjir sampai hujan es masih saja terjadi di bumi pertiwi. Yang masih belum terselesaikan, bencana lumpur yang sudah hampir sepuluh tahun terjadi di Sidoarjo. Penanganan untuk bencana ini pun sepertinya masih terkatung-katung. Dari pihak Lapindo pun, yang menjadi pihak paling bertanggung jawab atas bencana ini kurang bersikap kooperatif dengan para korban.
Namun ironisnya ketika waktu terus saja berjalan, bencana lumpur lapindo yang dampaknya semakin meluber malah dijadikan objek wisata lumpur. Hal itu berawal dari satu per satu masyarakat berduyun-duyun datang ke sana dan melihat keadaan secara langsung. Semua ini seakan dipertegas dengan adanya tulisan di tepi jalan raya Porong dekat tanggul lumpur yang berbunyi, "PARKIR UNTUK WISATA LUMPUR." Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa bencana lumpur yang sedang terjadi merupakan sesuatu yang patut dibanggakan sampai-sampai dijadikan sebagai objek wisata.
Kenyataan ini sungguh menyedihkan. Di tengah kesengsaraan korban lumpur yang belum menerima ganti rugi dari pihak Lapindo, mereka yang kehilangan mata pencaharian, sampai warga yang harus kehilangan semua harta bendanya akibat bencana tersebut. Masih saja ada pihak-pihak yang tidak mempunyai hati nurani, dengan menjadikan tanggul lumpur yang semakin tinggi itu sebagai objek wisata.